Jumat, 07 Agustus 2009

Sosialisasi TKI G to G Mampu Perangi Calo di Indramayu

Sosialisasi TKI G to G Mampu Perangi Calo di Indramayu

Jakarta, BNP2TKI (6/8) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) diharapkan bisa mengoptimalkan sosialisasi penempatan TKI ke Korea dan Jepang melalui mekanisme G to G (Government to Government). Minimnya informasi yang diterima oleh Calon TKI (CTKI) telah mengakibatkan maraknya praktek penipuan yang dilakukan baik perorangan maupun lembaga di Indramayu.

“Kehadiran stand BNP2TKI pada Job Fair Indramayu selama 3 hari (5-7 Juli) dirasakan betul manfaatnya oleh CTKI Indramayu,” ujar Kepala Bidang Pelatihan dan Penempatan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Indramayu, Iwan Hermawan kepada BNP2TKI.go.id melalui sambungan selularnya, Kamis (6/8).

Menurut Iwan, besarnya iming-iming gaji bekerja di Korea, dan Jepang telah menyebabkan banyak CTKI tertipu puluhan juta per orangnya. Untuk bekerja ke Korea, Australia dan New Zaeland, CTKI diminta membayar Rp. 30 juta, sedangkan Amerika, Rp. 50 juta.

“Total CTKI yang tertipu sudah miliaran rupiah di Indramayu,” ungkap Iwan.

Dalam pantauannya, CTKI banyak yang tertipu baik melalui calo maupun iklan Lembaga Pendidikan Ketrampilan (LPK) Bahasa Korea dan Jepang. Dalam iklannya, mereka jelas-jelas menulis penempatan TKI G to G atas kerjasama dengan BNP2TKI.

“BNP2TKI dijual melalui iklan oleh hampir rata-rata LPK di Indramayu. Ini kan penipuan,” papar Iwan seraya mengatakan pihaknya tidak bisa mengambil tindakan karena di luar kewenangannya.

Ia mengharapkan, agar event seperti di Indramayu bisa menjadi kegiatan tahunan atau dilakukan secara periodik oleh BNP2TKI di Indramayu.

Menurut catatan tahun 2008, lanjut Iwan, ada 90.000 TKI asal Indramayu yang bekerja sebagai TKI dan menghasilkan devisa sebesar Rp 600 milyar atau 10% dari total devisa TKI yang mencapai Rp 6 trilyun.

Dari jumlah 90.000 TKI itu, kata Iwan, sebagian besar warga Indramayu yang menjadi TKI, bekerja di Saudi Arabia dan Malaysia, terutama berprofesi sebagai penata laksana rumah tangga (PLRT).

“Rendahnya faktor pendidikan menyebabkan mereka mudah terkena bujuk rayuan calo dan iklan LPK Bahasa,” aku Iwan.

Karena itu, dengan adanya stand BNP2TKI, pihaknya mengucapkan terimakasih karena masyarakat bisa langsung mendatangi dan meminta info dari pemerintah.

“Sosialisasi TKI G to G melalui job fair bisa cepat memerangi aktivitas calo dan LPK Bahasa yang menjual nama BNP2TKI untuk menipu CTKI,” ujar Iwan.

Masalahnya, papar Iwan, selama ini CTKI tidak menerima info yang jelas dan benar tentang prosedur bekerja ke negara Korea dan Jepang. Karena tidak jelas itulah, peluang ini banyak dimanfaatkan oleh calo dan LPK Bahasa.

Iwan berharap, agar ke depannya, jika ada kerjasama antara BNP2TKI dengan LPK atau pihak terkait lainnya perihal penempatan TKI G to G, pihaknya diberi tahu agar kemudian bisa menyebarluaskan ke masyarakat umumnya, dan CTKI khususunya. (zul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar