Selasa, 11 Agustus 2009

Kredit tertolong properti Pengembang kurangi ketergantungan terhadap bank

Kredit tertolong properti
Pengembang kurangi ketergantungan terhadap bank

JAKARTA: Kontribusi terhadap total kredit hanya 15,4%, tetapi pertumbuhan kredit properti justru berkontribusi terhadap hampir separuh ekspansi pembiayaan sepanjang semester I/2009.
Kredit properti, dalam 6 bulan pertama tahun ini tumbuh Rp7 triliun menjadi Rp205,6 triliun. Adapun kredit secara keseluruhan hanya tumbuh Rp15,3 triliun menjadi Rp1.368,9 triliun, terendah dalam 9 tahun terakhir.

Berdasarkan data Bank Indonesia, kredit pemilikan rumah mendominasi pertumbuhan hampir seluruh kredit properti yakni Rp6,7 triliun. Namun pertumbuhan itu masih lebih kecil dari semester II/2008 yang mencapai Rp9,9 triliun. (Lihat tabel)

Data yang dihimpun Bisnis menyebutkan ekspansi KPR masih didominasi oleh lima bank papan atas. Pada peringkat pertama, PT Bank Tabungan Negara telah mengucurkan Rp5 triliun dalam 6 bulan pertama 2009, total kredit pun jadi Rp37 triliun dengan pangsa pasar 22%.

Pada urutan kedua, PT Bank CIMB Niaga Tbk membukukan kredit Rp13,1 triliun atau naik Rp1,1 triliun. Pangsa pasar kredit perumahan bank milik Khazanah Holding Berhad ini sekitar 10%.

PT Bank Mandiri Tbk berada di urutan ketiga memiliki portofolio Rp12,5 triliun dengan pangsa pasar 9,6%. Kredit perumahan Bank Mandiri menopang sekitar 80% kredit konsumer.

BCA yang berada di urutan keempat memiliki portofolio KPR sebesar Rp10,6 triliun. Bank publik ini membukukan kenaikan bersih Rp1,2 triliun dengan pangsa pasar sekitar 8%.

Sementara itu, BNI hingga semester I/2009 telah mengucurkan Rp1,2 triliun. Total KPR bank pelat merah ini menjadi Rp7,49 triliun dengan pangsa pasar 7,5%.

Pantang menyerah buru properti
Kebutuhan rumah yang tinggi masyarakat Indonesia menjadi penyelamat bagi ekspansi kredit. Kendati secara industri tumbuh sangat lamban, kredit property masih naik lumayan, bahkan menjadi kontributor utama ekspansi secara keseluruhan.
Bunga kredit pemilikan rumah yang masih tinggi, ternyata tak menghalangi niat orang untuk memiliki hunian. Hal tersebut bukan tanpa alas an karena nilai properti terus meningkat sehingga mengkompensasi bunga tinggi.
Adapun dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah bank juga memangkas bunga kredit baru, sehingga membangkitkan kembali minat debitur yang sempat menunda pembelian rumah pada awal tahun. Pada saat yang sama, sejumlah pengembang juga tak segan memberikan pogram diskon untuk menyelamatkan target penjualan.
Kredit property (Rp triliun)
Konstruksi Realestate Rumah Total
Jun 2008 42,7 24,6 112,7 180,1
Des 2008 48,1 27,7 122,8 198,6
Jun 2009 49,4 26,7 129,5 205,6
Sumber: Bank Indonesia, 2009

Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D. Hadad mengatakan permintaan KPR masih positif karena tempat tinggal merupakan kebutuhan utama masyarakat. Menurut dia, tren KPR terus meningkat hingga akhir tahun ini.

"Mungkin permintaan sedikit menurun, tetapi pertumbuhan tetap positif hingga Juni 2009. Kalau dilihat masyarakat hanya sedikit mengerem permintaan, karena melihat ekspektasi bunga turun," ujarnya.

Dirut BTN Iqbal Latanro mengatakan permintaan KPR hingga akhir tahun ini akan terus meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi. Untuk itu, manajemen meningkatkan target kredit dari 20% jadi 25%.

Mengenai masih tingginya bunga KPR, dia beralasan beban biaya dana terlalu besar. Namun, dia berjanji akan tetap melakukan evaluasi. Bunga KPR BTN di kisaran 12%-15%.

Hunian baru

Ketua DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) F. Teguh Satria mengatakan meskipun sektor properti mengalami penurunan, penjualan hunian rumah ataupun apartemen tetap ada.

Penjualan yang tetap tinggi adalah rumah sederhana dan rumah susun sederhana milik (rusunami) bersubsidi. Sektor ini tidak terlalu terpengaruh bunga karena memperoleh subsidi dari pemerintah.

Penjualan hunian dan apartemen kelas menengah ke atas yang menggunakan kredit banyak terganggu, akibat pengetatan persyaratan dan suku bunga tinggi.

"Secara keseluruhan sektor properti memang turun, tetapi kegiatan konstruksi dan penjualan sebenarnya tetap ada," ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

Teguh mengatakan realisasi pengucuran KPR pada semester I/2009 diperkirakan hanya 70% dari total pengajuan karena sikap sangat hati-hati bank.

Menurut dia, penyerapan kredit properti seharusnya bisa lebih besar lagi karena industri relatif bertahan dibandingkan dengan sektor lain.

Dia mengatakan para pengembang tertentu tetap mencatat laba signifikan pada paruh pertama tahun ini dengan inovasi skema penjualan tanpa KPR, seperti skema cicilan bertahap. (11/ A. Dadan Muhanda/Hery Trianto) (redaksi@bisnis.co.id)

Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar